Cerita Jumat Malam: Kereta

12:01 AM

Commuter Line jurusan Jatinegara-Bogor berhenti di Stasiun Depok Baru

Kereta yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kereta api dan kereta listrik bukan kereta kuda ya.
Tulisan di blog ini hanya berdasarkan sudut pandang saya, hasil pemikiran saya yang tidak lebih pintar dari Anda. Jangan dipakai sebagai rujukan akademik. :P

Seperti yang mungkin telah Anda sadari, saya sangat menyukai kereta. Sayang sangat senang naik kereta. Terakhir saya naik kereta dari stasiun Pesing menuju Depok Baru. Tulisan ini sebenarnya ditulis dalam perjalanan ke sana dan ditulis ulang hari ini.

Bepergian dengan kereta membuat saya senang dan semangat. Mungkin memang naik kereta memerlukan waktu lebih lama dari pesawat terbang, motor, atau bahkan mobil, seperti yang saya alami ketika naik kereta menuju Stasiun Bandung, tapi pemandangan dan pengalaman yang didapat sangat sepadan. Tentu tak hanya memori indah yang saya dapatkan dari perjalanan kereta ini. Saya sudah pernah membahas salah satunya dalam tulisan saya sebelumnya. Jika ingin melihat, silakan klik di sini. Selain pengalaman itu, saya juga mengalami pengalaman buruk lainnya. Seperti tersiram air dari botol air yang disimpan penyimpanan tas dan bau badan. Saya sangat berharap Commuter Line memiliki bau yang lebih sedap. Bisa Anda bayangkan betapa berdesak-desakkannya di dalam kereta. Ada bermacam-macam orang berada di sana. Mungkin ada juga yang belum mandi, berkeringat, dan can't help but just go. Saya harap kereta terutama Commuter Line memiliki wangi lebih menyegarkan yang mengalahkan bau badan. Selain itu, jika kebetulan saya mendapat tempat duduk, belum tentu saya merasa nyaman. Beberapa pria berlomba menunjukkan maskulinitas mereka. Mereka mengangkang seakan penis mereka benar-benar mengganjal sehingga tidak bisa merapatkan kaki mereka. Bukan hanya pria-pria itu, ada juga beberapa wanita yang duduk dengan miring atau bahkan meletakkan barang mereka di tempat duduk. Yang benar saja.
Sudah, kita lupakan pengalaman tak menyenangkan itu. Kita berpindah pada alasan saya sangat menyukai kereta. Tentunya perjalanan ke Bandung yang sangat berpengaruh. Sebelum itu, pertama kali saya naik kereta adalah kereta menuju Cicalengka. Saat itu harganya masih ada yang Rp 1.000. Lupa tahun berapa. Ada banyak kecoak which I really hate and feel sorry for at the same time. Tapi tetap hamparan sawah yang menguning dan beberapa petani yang mulai menuai. Cuaca cerah, getaran, bunyi peluit semua itu mengalahkan keburukan kereta. Apalagi jika kereta yang saya naiki ternyata senyaman kereta Argo Parahyangan. Saya duduk paling depan. Ada TV di depan saya yang menayangkan beberapa program yang sudah diatur PT. KAI. Perjalanan ke Bandung ini lebih lama dibanding naik mobil shuttle yang disediakan beberapa pengusaha travel, ongkosnya pun tidak lebih murah. Tapi semua itu terbayar. Perjalanan beberapa jam itu terasa kurang lama. Kereta itu sangat tepat waktu. Tak lama setelah kereta mulai meninggalkan Gambir, kondektur ditemani pengawal dan petugas keamanan memeriksa tiket semua penumpang. Ada juga pramugari kereta (CMIIW) yang mondar mandir kadang membawa pesanan makanan dari penumpang. Oh ya, ada bantal di setiap kursinya. Juga tersedia colokan untuk yang tak bisa lepas dari gadgetnya dan melewatkan perjalanan indah itu. Saat memandang ke luar jendela, begitu melewati bangunan bersejarah seperti terowongan atau jembatan, customer service on board akan menjelaskan sejarah bangunan itu dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Saat kereta memasuki Stasiun Bandung, saya berharap kereta itu melaju ke Yogyakarta karena saya sangat ingin pergi ke Yogyakarta naik kereta.

Sampai jumpa di Cerita Jumat Malam dua pekan lagi.


You Might Also Like

1 komentar

  1. ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
    Sudah 20 tahun aku tidak naik kereta, rindu rasanya naik kereta.
    ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬

    ReplyDelete

You are welcome to write your opinion.

Popular Posts