Lantunan Warna Sinestesia

10:47 AM


Foto dari irockumentary.com

Rabu, 13 Januari 2016 menjadi malam penuh warna bagi penggemar Efek Rumah Kaca, termasuk saya. ERK dalam konsernya yang bertajuk Konser Sinestesia berhasil memuaskan saya. Konser yang dibagi menjadi dua sesi itu berlangsung selama 2,5 jam. Di sesi pertama, ERK membawakan lagu-lagu dari album pertama dan kedua mereka. Sesi pertama dibuka oleh lagu Tubuhmu Membiru Tragis dari album kedua mereka. Tirai terbuka dan panggung yang dibentuk kotak berlatar putih. Latar putih itu kemudian berubah menjadi berwarna biru. Selain telinga, mata saya pun dimanjakan. Panggung yang sederhana mendadak terasa begitu mewah oleh pancaran tata visual yang diracik Irwan Ahmett. Dalam newsletter yang dibagikan sebelum konser, dia berkata, “Saya membayangkan sebuah pertunjukan yang fokus menyampaikan frekuensi suara sekaligus pengalaman visual yang dikonstruksi melalui medium warna lewat cahaya.” Hal itu terbukti karena sepanjang pertunjukan, warna-warna tersebut ikut menyampaikan makna dari lagu-lagu yang dibawakan ERK.

Lagu-lagu seperti Mosi Tidak Percaya, Efek Rumah Kaca, Cinta Melulu dibawakan ERK dengan menonjolkan iringan orkestra dari Alvin Witarsa dan nyanyian penonton. Cholil dkk. meneruskan konser dengan membawakan lagu Balerina. Setelah itu Melankolia dinyanyikan dengan penuh kelirihan. Iringan orkestra semakin menambah keindahan sekaligus menyayat hati saya. Saya tersihir. Melankolia menjadi lagu favorit saya di sesi pertama ini. Setelah Melankolia, Di Udara, Menjadi Indonesia, dan Desember berturut-turut dibawakan.

Sejak awal saya bertanya-tanya apa Adrian, pemain bas ERK, akan mengisi panggung. Pertanyaan saya terjawab di tengah-tengah sesi pertama. Adrian naik panggung dan menyanyikan lagu Jangan Bakar Buku. Laki-laki pemalu, Hujan Jangan Marah, dan Sebelah Mata menjadi tiga lagu terakhir di sesi pertama.

Foto dari Twitter Efek Rumah Kaca @efekrumahkaca

Konser diistirahatkan selama kurang lebih 15 menit. Setelah keluar untuk minum, saya kembali duduk bersama 1.000 lebih penonton malam itu. Efek Rumah Kaca membuka sesi kedua oleh lagu dari album baru mereka Sinestesia yaitu Merah. Kostum putih mereka pun diganti oleh hitam. Permainan warna semakin kentara. Mengiringi lagu Merah yang merupakan gabungan dari tiga lagu pendek Ilmu Politik, Lara di Mana Mana, dan Ada Ada Saja, Irwan Ahmett memenuhi panggung oleh tata visual dominan merah. Kemudian lagu Biru dinyanyikan dengan lantang. Penonton ikut bernyanyi sepanjang lagu yang sudah diunggah sebelum album Sinestesia dirilis, Pasar Bisa Diciptakan dan Cipta Bisa Dipasarkan. Jingga, Hijau, dan Putih selanjutnya mewarnai panggung, memenuhi telinga, menghiasi imajinasi warna. Konser ditutup oleh lagu Kuning. Pada lagu Kuning, lima orang paduan suara anak berbaju putih naik ke atas panggung. Mereka ikut mengiringi lagu Kuning yang di bagian akhirnya terdapat nyanyian rakyat Dayak berjudul Leleng.


Foto dari Twitter Efek Rumah Kaca @efekrumahkaca

Foto dari Twitter Efek Rumah Kaca @efekrumahkaca
Meski tirai itu sudah ditutup dan saya sudah meninggalkan Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, musik Efek Rumah Kaca dan permainan warna yang disuguhkan malam itu masih menggema dan terekam di dalam kepala. Salah satu malam paling mendebarkan hati setiap saya mengingatnya. Terima kasih telah memberikan sesuatu yang pantas disimpan di dalam tabung kenangan indah saya.

You Might Also Like

0 komentar

You are welcome to write your opinion.

Popular Posts