Bangkok, 28 April-2 Mei 2017 (Bagian I)

12:04 AM




Hampir satu tahun yang lalu, saya dan seorang teman saya akhirnya pergi ke Bangkok setelah rencana dari berbulan-bulan sebelumnya. Kenapa Thailand? Pusatnya jajanan murah, semuanya murah, bir murah. Hehe... Sebenarnya, karena saya jatuh cinta sama Thailand. Saya sempat mempelajari bahasanya lewat video-video di Youtube saat kuliah, tapi sudah lupa. Saya suka film-film horornya, juga saya suka budayanya. Thailand bisa mempertahankan kebudayaannya, tapi juga merangkul kemodernan. Kalau kamu ingin mendapat ketenangan (hmm), berdoa, atau mengagumi keindahan arsitektur, ada banyak kuil di sana. Lalu kalau kamu ingin jalan-jalan sambil minum bir, telanjang dada karena kepanasan di tengah kota, belanja sampai meratapi isi dompet, ya banyak juga di Thailand. Lalu, kenapa Bangkok? Ini kali pertama saya ke sana. Jadi, saya sebenarnya cari aman.

*Entri ini mengandung hal-hal mainstream, harap maklum.




1. Tiket
Tiket hampir menguras anggaran kami. Sekian.

2. Penginapan
Awalnya, kami hendak menginap di Khaosan, surganya backpacker, tapi memang dasarnya cinta kemudahan, kami mencari lokasi penginapan yang dekat dengan stasiun BTS. Jadilah kami anak kereta di Bangkok.
Kami menginap di Bed Station Hostel. Hostel ini dapat 10 untuk lokasi deh. Dekat banget ke stasiun BTS Ratchathewi. Untuk ke stasiun dari hostel ini, kami cukup berjalan kurang dari 5 menit. Selain itu, ada banyak jajanan di sekitar hostel. Belum lagi, 711 yang ada tiap kurang dari 50 meter sih kayanya.

Bagian depan

Staf di hostel ini ramah-ramah dan sangat membantu, kebersihan oke, ada lift juga, kamar mandinya banyak, keren deh pokoknya. Pukul 06.00 sarapan sudah tersedia, roti, sereal, kue-kue, kopi teh. Will come back for sure.
Di lantai 1, ada meja makan, front office, dapur
Sarapan

Kamar asrama 6 kasur

Ya, cuci piring sendiri

Meja makannya


3. Bertualang
A. Grand Palace, Wat Pho, Khaosan Road, Chinatown

Pukul 06.30 kami sudah berangkat. Karena akan hampir selalu bepergian dengan kereta, kami membeli tiket terusan (kira-kira seperti itulah), Rabbit Card.
Ini penampakannya


a. Grand Palace

Dari stasiun Ratchathewi naik ke jurusan Siam dulu, transit ke arah Saphan Thaksin. Dari Saphan Thaksin, kami jalan ke Central Pier, disambung naik kapal di situ. Kapalnya yang berbendera oranye. Bingung, pasti, tapi kami mengikuti turis-turis aja. Hehe...

Akan ada 3 kali pemeriksaan oleh petugas keamanan sebelum bisa memasuki kompleks Grand Palace. Jadi, baca baik-baik aturan berpakaiannya.

Finally,  Grand Palace.

Gerbang masuk

Saya enggak menyangka bakal serame itu sih. Banyak banget rombongan ditambah suhu yang mencapai 37 derajat. Selain itu, kami datang saat Thailand masih dalam suasana berkabung setelah meninggalnya Raja Bhumibol Adulyadej, sehingga kompleks Grand Palace juga dikunjungi oleh para warga yang ingin memberi hormat juga mendoakan mendiang Raja.


Terlepas dari semua itu, saya sangat kagum sama detail-detail bangunan ini. Bangunan-bangunannya serupa, tapi detailnya berbeda. Pilar-pilar tinggi dan emas menjadi ciri khas bangunan di kompleks Grand Palace.







 Selama di sana, saya sempat masuk ke Wat Phra Kaew atau Temple of the Emerald Buddha. Suasana khidmat para pengunjung yang berdoa sangat terasa di sana. Di dalam, kami tidak boleh mengambil foto karena akan mengganggu kekhusuan orang-orang yang berdoa.

Eksterior Wat Phra Kaew

Sama
Kami enggak lama-lama di sana karena pengunjung makin ramai, suhu makin tinggi, dan perut yang keroncongan. Sebelum ke tujuan berikutnya, kami makan siang dulu di Krisa Coffee Shop.

Spicy noodles with chicken


b. Wat Pho

Berjalan sekitar 10 menit dari Grand Palace, kita bisa menemukan bangunan yang enggak kalah indahnya. Pengunjung Wat Pho tidak sepadat Grand Palace meskipun masih ramai. Wat Pho atau Temple of the Reclining Buddha, konon reclining Buddha ini menggambarkan saat Buddha masuk nirwana.




While you're at it, coba deh lihat ke atas saat berada di sana.




c. Blue Whale
Setelah menikmati keindahan arsitektur, kedamaian dalam berdoa di tengah suasana luar yang sangat hiruk, kami menenangkan kepala yang kepanasan dulu di sebuah kedai kopi. Tempatnya agak jauh dari keramaian, tapi enggak begitu jauh dari jalan raya. Sekalian numpang ngecas, kami memesan dua minuman signature mereka. Minuman dari butterfly pea, yang bunganya sering diekstrak menjadi pewarna makanan. Ternyata rasanya mirip dengan susu kacang. Wajar, sesuku sih.


Hot Butterfly Pea Latte

Iced Butterfly Pea Latte


d. Khaosan Road
Sekitar dua jam kemudian, kami beranjak, lalu pergi ke surganya para backpacker, Khaosan Road. Dengan sombongnya, kami jalan kaki dari Wat Pho ke Khaosan Road yang kata Google Map cuma 30 menit, tapi kenyataannya karena sebagian jalan di sana ditutup, 30 menit berubah menjadi 45 menit, lalu 1 jam, lalu mungkin lebih, sampai akhirnya kami tiba di Khaosan Rd.


Waktu kami tiba di sana, belum terlalu ramai. Kami hanya numpang beli pad Thai, lalu langsung pergi ke Chinatown.

Pad Thai

d. Chinatown

Sekitar 15 menit jalan kaki dari Khaosan, kami tiba di dermaga dan menunggu kapal yang nantinya akan mengantarkan kami ke Chinatown.




Saat kami tiba di sana juga suasana belum terlalu ramai. Toko-toko baru tutup sehingga para pedagang kaki lima baru buka 10 menit kemudian. Kami menanti-nantikan boga bahari yang katanya enak di sini.

Sorry, no proper picture taken (Tom Yum dan Singha)



You Might Also Like

0 komentar

You are welcome to write your opinion.

Popular Posts