Setelah Menonton: Vu by Cie Sacékripa
9:06 AM![]() |
Foto Cie Sackripa - Vu diambil dari hot.detik.com |
Pada 18 Oktober 2015, sebagai rangkaian acara dari Bienal Sastra Salihara
2015 bertema Sastra dan Rasa yang diselenggarakan tanggal 3-25 Oktober 2015,
Komunitas Salihara bekerja sama dengan Institut
Français d’Indonésie menggelar pertunjukan teater objek yang ditampilkan oleh
grup teater asal Prancis, Cie Sacékripa, yang berjudul Vu.
Vu bercerita tentang seorang pria bosan yang menghabiskan waktu dengan
mengubah kegiatan sehari-hari menjadi unik. Seperti dikutip dari buku panduan
acara Bienal Sastra Salihara 2015, pertunjukan ini adalah "Pertunjukan
semi-sirkus yang sangat unik tentang seorang lelaki yang bete dan
mencoba membuat secangkir teh."Pertunjukan diadakan dua kali sehari itu,
yaitu pukul 16.00 dan 20.00. Tiket habis terjual sebelum pintu teater dibuka.
Para penonton mengantre dengan rapi di depan pintu teater. Pukul 16.00 tepat,
pintu teater pun dibuka. Setelah pengkondisian penonton dan segala persiapan,
pertunjukan baru benar-benar dimulai sekitar 15 menit kemudian. Pertunjukan
yang berlangsung kurang lebih satu jam itu ditampilkan sangat rapi dan
komunikatif. Beberapa kali performer mengajak penonton untuk
membantu jalannya pertunjukan. Benar itu bagian dari pertunjukan, tapi penonton
yang diajak benar-benar penonton dadakan, tanpa di-briefing terlebih
dahulu. Penonton kerap tertawa saat penampil melakukan hal-hal tidak biasa,
seperti menyalakan korek api dengan meniupkan batangnya. Hanya diperlukan
sebuah meja berlaci yang menyimpan beberapa peralatan lainnya, seperti kursi,
korek api, majalah, meteran, dll.
Dari mata seorang awam yang tidak mengerti teater, menurut saya,
pertunjukan itu sangat menghibur. Seseorang yang bosan bisa melakukan hal-hal
biasa menjadi tidak biasa saking bosan dan kesepiannya. Jalan ceritanya,
seorang laki-laki pulang bekerja. Dia masuk rumah dengan menggosokkan sepatunya
ke keset terlebih dulu. Dia melepaskan dasi, lalu meletakkannya memanjang di
ujung meja. Dia kemudian mengambil kursi lipat kecil dari dalam laci, lalu
duduk di atasnya. Setelah itu dia memanaskan air di teko listrik, dan membuat
teh. Dia juga membuat kuku dari majalah yang digulung-gulung. Kuku-kuku itu
pada akhirnya dipotong-potong oleh pisau pemotong daging di atas tatakan dengan
cepat sehingga berantakan dan menimbulkan kegaduhan. Kebosanan itu berakhir
menjadi kemarahan. Dia menancapkan pisau ke meja, lalu memakai kembali dasinya.
Pertunjukan berakhir saat dia keluar rumah.
Pertunjukan berjalan sangat apik, teratur, dan konsisten. Iramanya teratur,
dari pelan menjadi begitu cepat.
0 komentar
You are welcome to write your opinion.